Selasa, 17 Maret 2015



MAKALAH
FARMAKOLOGI
DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH

FAKULTAS FARMASI
      UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.          Latar Belakang
Farmakologiadalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Biasadalam ilmu ini dipelajari:
1.      Penelitian mengenai penyakit-penyakit
2.      Kemungkinan penyembuhan
3.      Penelitian obat-obat baru
4.      Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
Obatadalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskangejala,atau memodifikasi proseskimiadalam tubuh.Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikansecara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksidengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksifarmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkanefek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obatyang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.Tubuh kita punya banyak enzim yang dapat berinteraksi dengan berbagai molekul,termasuk obat, yang berpotensi menjadi racun atau nutrien. Namun, setiap individu jugamemiliki gen berbeda dan produk proteinnya menentukan kemampuan individu merespons obat.Obat yang masuk dalam tubuh - entah lewat cara oral, irup, suntik, atau serap lewat pori- pori kulit - akan melalui beberapa tahap sebelum mencapai sasaran. Setelah diserap, proteinmenjemput dan mengantarkan obat ke dalam suatu sel, misal sel hati. Di sini mereka mengalamimodifikasi oleh sejumlah enzim metabolik (pembongkar-penyusun); bisa diaktifkan atau diurai.Pada manusia bentuk enzim itu berlainan akibat perbedaan dari genetic. Bisa jadi seseorang punya enzim sangat aktif sedangkan milik orang lain malah tidak terlalu aktif.
 Perbedaan genetik itu mempengaruhi perjalanan obat dalam tubuh yang meliputiabsorbsi, metabolik, pergerakan menuju molekul sasaran, perubahan struktur yang diharapkanatau tidak diharapkan dari molekul sasaran, degradasi obat, dan pengeluaran hasil degradasi itu.Maka, tidak aneh bila reaksi setiap individu terhadap obat bisa berbeda-beda.The Journal of the American Medical Association(1998) melaporkan, 2,2 juta pasien setiap tahun mengalamiketidakcocokan obat, dan 106.000 di antaranya meninggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi (vaksin,imunosera, antigen, hormone, enzim, produk darah, produk hasil fermentasi = antibody monoclonal dan produk hasil rekombinan DNA) dan kontrasepsi yang siap digunakan untuk mempengaruhi ataumenyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.Inti dari obat ini adalah senyawa kimia sintetik dan produk biologi dan kontrasepsi(senyawa sintetik kimia dan hormone), tidak termasuk di dalamnya obat tradisional (OT=berasaldari herbal maupun binatang), produk fitofarmaka (obat herbal yg terstandarisasi dan teruji preklinik dan klinik) dan jamu.Ilmufarmakokinetika, yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat masuk ketubuh kita akan mengalami berbagai peristiwa yakni : absorpsi, distribusi, mekanisme daneliminasi.Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan kebanyakan prosessangat rumit. Umunya ini didasari suatu rangkaian reaksi, yang dibagi dalam tiga fase :
-Fase farmaseutik
-Fase farmakokinetika
-Fase farmakodinamika
Fase farmaseutik meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat, dimana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan. Karena itu fase ini terutamaditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.Fase farmakokinetika merupakan bagian proses invasi dan proses eliminasi (evasi), invasiadalah proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme dan proses eliminasi adalah proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme.Organisme merupakan system terbuka atau system aliran karena senantiasa berlangsung pertukaran bahan dan pertukaran energy dengan sekitarnya. Apabila kesetimbangan tercapaiantara pemasukan dan pengeluaran maka sistem dikatakan mencapai kesetimbangan aliran.Fase farmakodinamika merupakan interaksi obat reseptor dan juga proses-proses yangterlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi.Kerja obat tidak hanya tergantung dari sifat farmakodinamika bahan obat, tetapi jugatergantung pada :
·         Bentuk sediaan dan bahan pembantu yang digunakan.
·         Jenis dan tempat pemberian
·         Keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi, distribusi dalam organism.
·         Ikatan dan lokalisasi dalam jaringan
·         Biotransformasi dan
·         Keterekskresian dan kecepatan ekskresi.
Apabila obat yang diberikan diinginkan kerja yang cepat maka harus dipilih suatu cara pemberian, yang pada cara ini periode laten antara waktu pemberian dan munculnya kerjasingkat dengan meniadakan absorpsi (penyuntikan intravasal, inhalasi), sebaliknya jikadiinginkan kerja yang tertunda, maka bentuk-bentuk pemberian yang melalui absorpsi,sedangkan jika kerja obat terarah pada atau dalam daerah tubuh tertentu (topical).Pada pemberian obat harus diperhatikan juga keadaan pasien dan umur pasien, misalnya pada keadaan tidak sadar, obat tidak boleh diberikan secara oral, karena terdapat bahaya pernapasan akibat tak adanya reflex menelan. Demikin juga untuk pasien yang keadaanlambungnya terbatas maka pemberian secara oral kurang cocok. Selain itu hindari penyuntikan pada pasien yang ketakutan dan anak-anak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Fisiologi Obat bagi Tubuh Manusia
Obat merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup setiapmanusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai bagaimanaobat itu diabsorpsi, didistribusikan, mengalami biotransformasi dan akhirnya harus ada yangdiekskresikan.
B.     Absorpsi Obat Dalam Tubuh
Absorpsi merupakan prosespenyerapanobatdari tempat pemberian, menyangkutkelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harusmencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligusmetabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.Hal ini penting, karena terdapat beberapa jenis obat tidak semua yang diabsorpsi daritempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik, namun akan dimetabolisme oleh enzimdi dinding usus pada pemberian oral atau dihati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut.Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat pada pemberianoral, antara lain :
·         Faktor Obat
Sifat- sifat fisikokimia seperti stabilitas pH lambung, stabilitas terhadap enzim pencernaan serta stabilitas terhadap flora usus, dan bagaimana formulasi obat seperti keadaanfisik obat baik ukuran partikel maupun bentuk kristsal/ bubuk dll.
·         Faktor Penderita
Bagaimana pH saluran cerna, fungsi empedu, kecepatan pengosongan lambungdari mulai motilitas usus, adanya sisa makanan, bentuk tubuh, aktivitas fisik sampai denganstress yang dialami pasien.
C.         Distribusi Obat Dalam Tubuh
Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah,karena selain tergantung dari alirandarah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifatfisikokimianya.Distribusi obat dapat dibedakan menjadi 2 fase berdasarkan penyebaran didalamtubuh, yaitu :
a.       Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik, seperti jantung, hati, ginjal dan otak.
b.      Distribusi fase kedua jauh lebih luas lagi, yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada fase pertama, misalnya pada otot, visera, kulit dan jaringan lemak.
Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai celahantar sel maupun vesikel pinositotik.Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersamadalam aliran darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalamorganisme keseluruhan. Penetrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan dan dengandemikian distribusinya, seperti halnya absorbsi, bergantung pada banyak peubah.Khususnya ukuran molekul, ikatan pada protein plasma dan protein jaringan, kelarutan dansifat kimia. Selanjutnya bergantung pada pasokan darah dari organ dan jaringan masing-masing, ketelapan membran dan perbedaan pH antara plasma dan jaringan.
1.      Ruang Distribusi
Berdasarkan fungsinya, organisme dapat dibagi dalam ruang distribusi yang berbeda (kompartemen). Ruang Intasel dan ruang ekstrasel, dalam ruang intrasel (sekitar 75%dari bobot badan) termasuk cairan intrasel dan komponen sel yang padat, ruang ekstrasel (sekitar 22% dari bobot badan) dibagi lagi atas :
·         Air plasma : air plasma (sekitar 4% dari bobot badan) meliputi cairan intravasal.
·         Ruang usus : ruang usus (sekitar 16-20% dari bobot badan) meliputi cairan yangmudah berdifusi dalam intestinum serta cairan yang sukar berdifusi dalam jaringanikat tebal dari kulit, otot, persendian dan tulang.
·         Cairan transsel : cairan transsel (sekitar 1.5% dari bobot badan)
Angka-angka yang diberikan hanya berlaku untuk orang dewasa usia pertengahan.Pada bayi misalnya, bagian cairan pada bobot badan pada hakekatnya lebih tinggi.
Bergantung pada sifat fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam berbagairuang distribusi, dibedakan 3 jenis bahan obat :
·         Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.
·         Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang eksternal sisa.
·         Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.
Distribusi bahan obat lain antara ruang plasma dan ruang usus dipengaruhi olehs truktur kapiler dalam daerah atau organ masing-masing. Pertukaran mudah terjadi padatempat endotel kapiler dan membran basal menunjukkan ruang (misalnya hati, limpa).Demikian juga yang baik dilewati ialah kapiler yang memiliki ruang endotel disekeliling membran. Sebaliknya, yang sukar ialah penetrasi dalam daerah kapiler dengan endoteldan membran basal tanpa ruang dan selain itu penetrasinya sangat terbatas, apabila padakaliper terdapat sel-sel lain. Kapiler otak misalnya, dikelilingi rapat dengan sel-sel gliadan dalam darah pleksus khorioidea, yaitu tempat terbentuknya cairan serebrospinalis,kapiler ke ruang cairan dilapisi oleh selapis tunggal epitel. Akibatnya ialah pembatasan permeasi. Ini disebut sawar darah otakdan sawar darah cairan otak. Bahan-bahan yanglarut dalam lemak dapat melewati sawar dengan baik, sebaliknya bahan-bahan yang tak larut dalam lemak sukar melewatinya, sejauh tak terdapat mekanisme transpor aktif,seperti misalnya pada asam amino.Pada proses meradang, ketelapan naik seperti dalam jaringan-jaringan lain,sehingga bahan yang dalam keadaan normal tidak dapat berdifusi melalui sawar darahotak menembus ke dalam system saraf pusat.Ruang intrasel dipisahkan oleh membrane sel lipofil menjadi ruang usus dan ruang plasma. Karena itu juga hanya zat yang lipofil dapat menembus sel dan organelnya,dengan kekecualian bahan yang ditranspor secara aktif.
2.      Ikatan Protein
Faktor penting lain untuk distribusi obat ialah ikatan pada protein terutama protein plasma, protein jaringan dan sel darah merah. Sesuai dengan struktur kimia protein dapat terlibat ikatan ion, ikatan jembatan hidrogen dan ikatan dipol-dipol sertainteraksi hidrofob. Kemungkinan terjadi ikatan yang berbeda-beda menjelaskan jugamengapa senyawa yang amat beragam diikat pada protein.
Kecuali ikatan pada reseptor, ikatan pada protein relative tidak khas untuk senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh, walaupun begitu ikatan ini terjadi terutama pada tempat ikatan dengan afinitas tinggi yang jumlahnya relatif kecil. pada albuminserum manusia dapat dibuktikan dua tempat ikatan yang berbeda (tempat ikatan I dan II).Beberapa bahan obat terikat selektif hanya pada satu dari kedua tempat ikatan (misalnya antikoagulansia jenis dikumarol pada tempat ikatan I, benzodiazepin pada tempat ikatanII) sedangkan yang lain terikat pada kedua tempat ikatan. Pada senyawa basa misalnya propanolol, lidokain, disopiramid, petidin atau antidepresiva trisiklik, alfa glikoproteinasam membantu juga pembentukan ikatan protein plasma.Untuk senyawa tubuh sendiri seringkali terdapat protein transpor spesifik darifraksi globulin. Ikatan protein adalah bolak-balik. Ikatan tak bolak-balik (kovalen)misalnya reaksi sitostatika yang mengalkilasi protein, tidak termasuk dalam ikatan protein.Makin besar afinitas bahan yang bersangkutan, pada protein, makin kuat ikatan protein.Sejauh tetapan afinitas terhadap berbagai protein, misalnya terhadap protein plasma dan protein jaringan, berbeda, maka kesetimbangan distribusi juga dipengaruhi :kesetimbangan akan bergeser ke protein dengan tetapan afinitas yang lebihbesar.Selajutnya ikatan protein selain bergantung kepada sifat-sifat bahan berkhasiat, ia bergantung juga kepada harga pH plasma serta bergantung kepada umur. Contohnya padakeadaan asidosis, barbiturat yang terikat pada protein menurun. Pada bayi baru lahir,ikatan protein lebih rendah daripada ikatan protein dewasa (dengan akibat meningkatnyakepekaan bayi baru lahir).Ikatan protein mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja dan eliminasi bahanobat sebagai berikut : bagian obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusidan umumnya tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Tanpa memperhatikankekecualian, ini berarti bahwa hanya bentuk bebas yang mencapai tempat kerja yangsesungguhnya dan karena itu dapat berkhasiat. Dipihak lain bagian yang terikatmerupakan bentuk cadangan yang tidak aktif. Pada penurunan konsentrasi bentuk bebas(misalnya akibat biotransformasi dan aliminasi), molekul obat dibebaskan dari cadanganini untuk mengatur kembali kesetimbangan. Apabila dalam darah tedapat beberapa obatdalam waktu yang bersamaan, maka terdapat kemungkinan persaingan terhadap tempatikatan dan dengan demikian sebaliknya terjadi pengaruh terhadap intensitas kerja danlama kerja, terutama jika besarnya bagian yang terikat lebih dari sama dengan 80%.Selanjutnya harus dipikirkan bahwa obat dapat juga mengusir senyawa tubuh sendiri,misalnya bilirubin atau glikokortikoid dari ikatannya pada protein plasma danmenyebabkan bagian yang tidak terikat meningkat.
D.    Biotransformasi Obat Dalam Tubuh
Biotransformasi atau lebih dikenal dengan metabolisme obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air dankurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dibedakan berdasar letak dalam sel, yaitu EnzimMikrosom terdapat dalam reticulum endoplasma halus dan Enzim Non Mikrosom. KeduaEnzim Mikroson dan Enzim Non Mikrosom, aktifitasnya ditentukan oleh faktor genetic,sehingga kecepatan metabolisme obat antar individu bervariasi.
E.     Ekskresi Obat Dalam Tubuh
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar lebih cepat diekskresi daripada obat larut lemak, kecuali yang melalui paru. Ginjal merupakanorgan ekskresi yang terpenting dan ekskresi disini resultante dari 3 proses, yaitu filtrasi diglomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dandistal.Ginjal merupakan organ yang penting dalam tubuh dan berfungsi membuangsampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudiandikeluarkan dari dalam tubuh.Ekskresi ginjal dari obat aktif dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat yangmenyertainya. Ekskresi ginjal dari beberapa obat asam lemah atau basa lemah dapat
dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin. Ini disebabkan perubahan ionisasidari obat tersebut. Hampir semua obat disaring di glomerulus, apabila obat dalam bentuk larut lemak akan diserap kembali secara difusi pasif. Jika diharapkan untuk ekskresi, maka penting untuk pencegahan penyerapan kembali dari tubulus. Dapat dilakukan denganmengatur pH urin, obat diusahakan dalam bentuk ion, sehingga obat akan terjebak di dalamurin. Sehingga asam lemah biasanya lebih cepat diekskresi dalam urin alkalis, basa lemah biasanya diekskresi di dalam urin asam.
1.Ekskresi
Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikandalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasiobat melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorpsi dan eliminasi dalam feses. Jalur ekskresi jumlah obat sedikit adalah melalui air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi disusui. Zat yang menguap seperti anestesi berjalan melalui epitel paru-paru.
2.Eliminasi Obat melalui Ginjal
Setiap manusia mempunyai dua ginjal dan berfungsi untuk memindahkan semuazat yang bersifat toksis terhadap badan manusia dari aliran darah. Zat-zat ini diubah danmasuk ke dalam urine yang berarti dikeluarkan dari badan. Eliminasi obat melalui ginjal merupakan kejadian yang kompleks, dan mengakibatkan terjadinya beberapa proses yaitu :a)filtrasi glomerulus b)sekresi tubuli aktif c)reabsorpsi pasif  jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal.Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah,sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basalemah.Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammoniumklorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akanmengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
3.Eliminasi melalui empedu, air ludah dan air susu
Banyak obat diangkut secara aktif oleh sel-sel hati melalui darah masuk ke dalamempedu dan selanjutnya berjalan masuk ke dalam usus. Bila obat larut dalam lipid, makaobat dapat direabsorpsi oleh usus dan akan mengalami siklus enterohepatik. Bila obat sangatlarut dalam obat akan tetap tinggal di usus dan diekskresikan melalui feses. Adanya siklusenterohepatik dapat memperpanjang umur hidup obat di dalam badan.Beberapa obat dapat tampak dalam air ludah dan dapat menimbulkan rasa tidak enak serta mengiritasi jaringan di mulut. Kepindahan obat dalam dari darah ke air ludahtergantung pada kelarutan obat dalam lipid, ikatan obat dengan protein plasma.Selama ibu menyusui bayi sedapat mungkin menghindari penggunaan obat karenadapat menimbulkan efek yang merugikan bagi bayi akibat pemindahan obat dari ibu ke bayiyang menyusu ibunya. Hampir semua obat yang terdapat dalam darah ibu yang menyusui
terdapat juga pada air susu. Kadarnya dalam lipid, ionisasi dan besarnya ikatan obat dengan protein plasma. Meskipun jumlah obat dalam air susu ibu relatif kecil, oleh karena fungsihepar dan ginjal bayi belum bekerja penuh akan mengakibatkan inaktivasi metabolisme daneliminasi obat dan berakibat timbulnya efek yang tak dikehendaki bayi seperti, diazepam,antrakinon.
4.Eliminasi Obat melalui Bernafas dan Sekresi Lainnya
Zat yang mudah menguap seperti anestetik inhalasi, Halotan akan segera berdifusi melintasi perintang lipoid darah membran alveoli dan dieliminasi melalui nafas.Penggunaan anestesi dalam paru-paru kadar obatnya menurun dibanding dalam darah.Karena obat-obat tersebut sangat larut dalam lemak, maka dia segera dan sangat cepatkembali melalui ke dalam paru-paru dari peredaran darah dan selanjutnya keluar melaluinafas dan menimbulkan anestesi.Obat atau metabolitnya dapat pula berada dalam sekresi lain, meskipun kadarnyaadalah sangat rendah. Rute eliminasi lain adalah melalui berkeringat dari kulit atau sebagaizat yang terikat dalam sel kulit dan rambut.
BAB IV
KESIMPULAN
Obat merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup setiapmanusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu diabsobsi, distribusi, mengalami biotranformasidan akhirnya harus ada yang diekresikan. Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkutkelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harus mencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolismeobat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat harusmenembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai celah antar selmaupun vesikel pinositotik Bergantung pada sifat fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam berbagai ruangdistribusi,
dibedakan 3 jenis bahan obat :
•Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.
•Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang eksternal sisa.
•Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.
Mekanisme kerja obat yaitu proses-proses biokimia ataupun biofisika yang mendasariaktivitas obat didalam tubuh. Karena efek yang ditimbulkan oleh suatu obat dalam organisme bergantung kepada konsentrasi pada tempat kerja dan dengan demikian pada suatu dosis harusdiperhatikan sejauh dosis tertentu bergantung pada bobot badan, maka dosis harus diberikan dengan tepat.Mekanisme kerja obat adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalamtubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar ataulebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresimelalui ginjal.Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan dalamstruktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah 
eliminasi obat melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorpsi dan eliminasi dalam feses.
DAFTAR PUSTAKA
1.Ernest Mutschler. Dinamika Obat edisi V. Penerbit ITB. 1999.
2.Ganiswara, G, Sulistia. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi FakultasKedokteran Universitas Indonesia. 1995. hal : 2-12.
3.Biomedik Farmakologi,http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id
5.Farmakokinetika Klinik (Interaksi Obat Mempengaruhi ADMEObat),
Dion Arga Anggayasta 068114013 dan Bernadus Tatag Prasetya068114075
6.Mutschler, E., 1985,
 Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi
, 88-93, Penerbit ITB,Bandung7.Sulistia, dkk, 2007,
 Famakologi dan Terapi,
862-872, UI Press, Jakarta
perotein dalam plasma, karena sangat berpengaruh terhadap distribusi
reseptor tu ada hubunganya dengan
obat sistemik butuh reseptor yg local

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

9 komentar: